Kamis, 20 November 2014

BENARPUN SALAH


Sudah lama saya tidak menulis , dan hari ini saya ingin menulis lagi. Bukan cerita panjang dan karya sastra nan indah, namun hanya pemikiran kecil  yang lumrah dijumpai. Salah seorang nasabah yang saya hormati pernah menasehati “sekalipun kita di jalan yang benar, kadang kita harus mengalah demi kebenaran yang lebih tinggi"

………….........
Alkisah seorang pria muda yang bernama alek , yang baru saja mempunyai anak dari istri tercintanya sedang dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Tak sabar ia menemui sang buah hati, mengendarai mobil sendiri. Sebuah mobil sedan berwarna putih keluaran terbaru, Di dalamnya terdengar alunan musik merdu dengan sebungkus terang bulan manis hangat untuk sang istri tercinta diletakkan di jok sebelah. Saat itu jalanan tidak begitu ramai, suasana senja yang indah, seindah suasana hatinya. Hanya saja di jalanan pulau para dewa ini begitu sempit, bahkan yang disebut jalan propinsi hanya sanggup dilintasi dua mobil berpapasan. Di jalan itu dilalui truk truk pengangkut barang, yang berjalan lamban karena penuh muatannya, sehingga mau tidak mau kita harus mendahului dan mengambil haluan jalan sebelah kanan. Apabila dari arah berlawanan kendaraan begitu ramai, tentu saja kita harus bersabar dibelakang truk yang amat sangat lamban, yang tak peduli bahwa kelambananya yang terlalu itu mengganggu pengemudi di belakangnya, yang tak peduli bahwa muatannya terlalu berlebihan dan dapat membahayakan orang lain. Saat itu alek dengan kecepatan yang lumayan tinggi tiba-tiba melihat sebuah mobil truk berusaha menyalip truk lamban di depannya dari arah berlawanan. “shiit.. tak tahukah sopir itu bahwa ia sedang berada di haluan orang lain” pikir alek.


Dengan sigap alek menginjak pedal rem, hingga berdecit bannya , dan truk itu punya kesempatan untuk tetap menyalip. Andai saja, sopir truk Bengal itu ada di hadapannya kini, sudah pasti tinju alek mendarat di hidungnya.
“ Sudahlah.. lupakan kebencian dengan supir Bengal itu.. buah hatiku menanti di rumah” piker alek

……...........................

Demikianlah jalan raya.. demikianlah hidup. Kadang kita berada di jalan yang benar.. namun dalam situasi tertentu , mengalah lebih bijak. Seandainya alek mempertahankan kebenarannya , dan disaat yang sama sopir truk Bengal itu (yang begitu yakin alek akan mengalah) tidak sempat lagi menginjak rem. Maka yang terjadi adalah kecelakaan yang merenggut nyawa. Dan yang menderita adalah keluarga  yang ditinggalkan. Seringkali dalam hidup ini kita menjumpai hal-hal seperti diatas dalam situasi dan konflik yang berbeda. Demikianlah hidup..kadang-kadang kita berada dalam posisi alek, kadang-kadang kita tak sengaja berada dalam posisi si supir Bengal. Selagi ada cinta dan kepedulian dalam hati kita, kita akan sanggup mengalah, walau orang yang sebenarnya salah justru menyeringai dan menjadikan kita lelucon.
……...................
Di jalan yang sama , Tom yang mengendarai sedan  hitam , sedang mengemudi sendiri dengan laju yang kencang. Termenung dalam kecepatan yang begitu tinggi dan kaca jendela yang tertutup rapat. Tak ada satu orangpun diluar jendela itu yang tahu. Baru beberapa jam lalu Tom yang sebatang kara resmi bercerai dengan istrinya. Tom yang malang tertipu dalam investasi bodong dan menjaminkan rumahnya untuk meminjam uang di Bank. Akhirnya bukannya laba yang didapat, tapi rumahnya satu-satunya disita oleh Bank. Dalam keterpurukannya itu sang istri yang tak bisa hidup susah meninggalkannya dan dengan mudahnya menemukan pria lain. Di saat yang sama dokter mengatakan hati Tom sudah terkena sirosis, kanker hati akibat gaya hidupnya yang tidak baik disaat muda. Tom  yang sakit pun diusir dengan halus dari tempatnya bekerja. Mobil yang dikendarai saat ini, mobil yang sebentar lagi akan disita karena Tom juga tak mampu bayar cicilan merupakan harta terakhir yang dimilikinya. Sungguh putus asa dia, dengan laju 120 km/jam ia memacu mobilnya, berharap lega hatinya nanti.
Di sebuah tikungan ia melihat dari arah berlawanan sebuah mobil Honda putih keluaran terbaru sedang menyalip truk di depannya. “shiit… orang ini tak tahu aturan, kamu tahu ini jalan bukan haluanmu?” maki Tom dalam hati. Tom kini hatinya penuh kebencian, kebencian pada dirinya sendiri dan kebencian pada orang yang seharusnya menemani dalam senang dan susah tapi justru meninggalkannya. Bukannya menginjak rem,Tom menginjak pedal gas lebih dalam, ini bukan kecelakaan,.. ini pilihan Tom..
“akhiri sudah, tak ada asa tersisa dalam hidup ini, tak seorang pun memahami bencinya hati ini, biarlah api neraka menanti..saat ini biarlah mobil putih didepan ini merasakan..sedikit saja..sedikti saja kebencianku pada dunia”

Demikanlah dalam benak Tom sebelum semuanya gelap..dalam kebencian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar