Sabtu, 12 September 2009

simple but pure

Kesederhanaan....

Cerita ini hadir dari masa lalu..
Saat segala sesuatu tidak terbeli, bukan karena pelit bin medit, tapi sungguh karena ekonomi sulit melilit...
Masa masa itu, segala sesuatu harus dihemat, sehemat hematnya, agar asap dapur bisa mengebul paling tidak sekali dalam sehari.

Jadi jangan berharap untuk bisa membeli sebuah gaun indah untuk wara wiri di pesta, bisa makan dengan lauk ala kadarnya pun, tangan harus terlipat untuk mengucap syukur.

Tapi hasrat untuk menjadi cantik, tampaknya tidak dimonopoli oleh para gadis kaya saja, karena semua wanita kaya miskin, besar kecil, ingin terlihat cantik, menarik, menjadi pusat perhatian, disenangi , dikagumi, dipuja puji... siapa yang tidak...?
(kalau ada gadis yang tidak ingin terlihat cantik menarik, dicintai, hanya ada 3 kemungkinan :
Pertama: dia telah mencapai penerangan yang begitu sempurna, sehingga dia tau , kecantikan bukan hanya dari fisik tapi dari jiwa yang baik dan bijaksana, (tapi bukankah itupun pengejaran akan kecantikan ? meski dalam artinya yang berbeda ?)
Kedua : dia sudah tidak waras, jadi jangankan berpikir untuk cantik, memikirkan jati diri saja dia tak bisa
Ketiga : dia yang menderita
dan disakiti karena kecantikannya.... (yg ini diluar pembahasan)

Begitu juga dengan Lha...., Lha ingin pergi ke pesta pernikahan, ingin melihat pengantin yang katanya sangat cantik , ingin ikut party, makan makanan yang berlimpah ruah, bukan lauk seadanya, yang dibuat meski dengan setulus hati dan dengan kemampuan koki kelas dunia, telur tetaplah berasa telur, meski telurnya telur ayam rasanya tidak bisa berubah menjadi rasa ayam bakar khan , apalagi jadi rasa kambing guling, yang jelas jelas akan menjadi menu utama pada pesta pernikahan itu nantinya. Tapi bagaimana bisa ke pesta, tanpa sebuah gaun?

Minta dibelikan Ma, jawabannya sudah pasti tidak, lagi Lha juga anak yang tahu diri, mana tega meminta uang untuk beli gaun, minta dibelikan sepatu baru saja tidak tega, padahal sepatunya sudah berlubang, kerikil bisa bebas masuk dan tak perlu dikeluarkan lagi, karena lubangnya cukup besar untuk membuat kerikil kerikil keluar masuk sesuka hati mereka saja. Jadi kemungkinan memiliki sebuah gaun untuk ke pesta adalah 0 %, tanpa seperse pun kemungkinan lain, kecuali klo papa dapat undian berhadiah (yang juga tidak mungkin ) karena Pa tidak suka berjudi, tak pernah membeli undian apapun, jadi lupakan saja kemungkinan untuk itu.

Gaun oh gaun, Pesta oh Pesta......
Pikiran Lha tertuju pada cantiknya pengantin wanita dan para tamu undangan, pada ramainya suasana, pada satu dua pemuda yang tampan, pasti menyenangkan bisa hadir disana, belum lagi ada acara dangdutan semalam suntuk, pasti ramai sekali.
Apalagi ditambah Gita yang asik berceloteh, tentang ini itu yang akan dipakainya....Atau Rin yang cantik, plus anak pengusaha karet lagi, bajunya selemari penuh, mau model apapun ada.

“Nanti Rin mau pakai gaun hitam ini aja ah, biar pas sama sepatunya, tapi kalungnya mau pakai kalung apa ya, yang mutiara, atau yang berlian saja, biar bersinar terkena cahaya ?”
“Kalau Gita mau pakai gaun pink, pakai pita pink, sepatu putih, tapi Gita ngga punya kalung Rin ..”

Ah Lha cuma bisa mendengar celoteh kedua sahabatnya...., jangankan memilih warna gaun, gaun saja tak punya....

“Lha, kamu pinjam gaunku saja, ada koq yang warna putih, manis deh dipakai kamu,” ujar Rin bermurah hati. Rin memang terberkati dengan segala yang baik, bukan hanya elok parasnya, sifatnya pun elok, tidak ada kesombongan , tidak pilih pilih teman, semua senang padanya, manis lah sikapnya itu.

Jadilah Lha ke pesta , dengan gaun pinjaman, gaun putih yang kepanjangan dan kedodoran (Karena Rin tinggi dan jauh lebih berisi dari Lha yang kurus dan pendek kekurangan gizi). Tapi Lha pede pede aja, karena ini kali pertama Lha memakai gaun, biar gaunnya pinjaman, kebesaran, dan tidak lagi berbentuk gaun di badan Lha. Lha tetap merasa bak seorang puteri, dengan gaun bak cinderlela, dengan sepatu yang berventilasi... (ah siapa yang perduli.., tertutup sepatu bututnya itu, karena gaun kepanjangan Rin itu)
Lha merasa sangat cantik, bahkan lebih cantik dari pengantin wanitanya....

Tapi kecantikan Lha, berlalu lebih cepat dari jam malamnya Cinderlela, Jam belum berdentang di pukul 12 malam, bahkan jam 8 malam saja belum tiba. Penyanyi dangdut masih asik menggoyang hadirin dengan lagu lagunya yang mendayu. Makanan masih tumpah ruah, tinggal pilih tinggal comot, tinggal sikat, minuman apapun ada.....
Dan inilah berkah sekaligus bencana untuk Lha...

Semangat Lha mengisi piringnya dengan nasi goreng, satay ayam, rujak pengantin, ikan gurame, sampai tak sadar, gaun puterinya yang bisa mengepel seluruh arena pesta, terinjak oleh pengantri dibelakangnya...., alhasil Lha tersandung, dan bumbu satay yang sedianya bersarang di perut Lha, malah mendarat mulus di gaun putih bersihnya itu (semula putih bersih, tapi sekarang, penuh warna... warna bumbu dan merah merah Fanta)

Dong, dong , dong, Pukul 7 malam, Lha pulang bukan dengan kereta kencana, tapi dengan kaki yang terseret lesu, dan setumpuk rasa kesal, malu dan lapar..........

Gaun pinjaman ternoda sudah, mimpi untuk bersenang senang dengan para tetamu dan menyantap makanan lezat berlalu sudah, hanya tawa tawa ejekan yang masih sayub di dengar Lha. Coreng sudah muka Lha dengan bedak luntur disana sini, dan sepatu bututnya seakan ingin ikut berdemo mentertawakan lha, kini berbunyi , keteplak , keteplek, karena solnya hampir lepas...........

Ma hanya memandang kepulangan Lha dalam diam, dibiarkan Lha menyeka mukanya , mengganti gaun cinderlela pinjamannya yang kini sudah kotor, dengan bajunya sendiri..

Ma yang baik dan bijak tak berkata apapun, dia hanya diam, dan merendam gaun itu, dan kemudian berlalu kedapur, untuk menceplokan telur untuk Lha....

Pulang dari Pesta, Lha lagi lagi hanya harus puas makan dengan telur dan lagi lagi telur buatan Ma......
saat makan inilah, Lha mendapati Ma berkata....
“Sederhanalah......”

“Saat kaya tak perlu memakai pakaian terlampau mewah, karena itu hanya akan membuat orang susah merasa minder”
“Saat miskin tak perlu malu dan sampai harus meminjam pakaian orang lain.....”

Ma yang bijak memang tak tahu, suatu saat anaknya Lha akan menjadi pengusaha baju yang terkenal, salah satu pengusaha baju yang tersukses.
Ma yang bijak memang tak tahu, dunia berputar, dan kalau Lha anaknya suatu saat akan menjadi salah satu orang yang terkaya...

Tapi Ma yang bijak tahu menancapkan kekayaan yang jauh lebih berarti dari setumpuk uang ataupun usaha yang sukses.
Ma yang bijak menambatkan kekayaan bathin, tentang pengertian dan welas asih, untuk bisa ikut masuk dalam perasaan orang lain......

Kesederhanaan adalah kekayaan bathin, keindahannya lebih dari sekedar gaun atau perhiasan.....

Meski Lha sadar, kecantikan bukanlah tidak penting, memperhatikan mode bukanlah tidak penting, justru dari modelah usahanya berkembang..... tapi keutamaan dari segala trend bukanlah untuk ajang pameran kekayaan. Trend hanyalah gaya baju yang terus berubah... sedang didalam diri, kebaikan , welas asih, pengertian, tidak pernah pudar oleh jaman dan waktu....

"Changing The outside will not fix the inside"


tulisan ini diambil dari note facebooknya temanku, merry lie . tema ceritanya bagus..post deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar